Patah (Lagi)

     Pernah nggak saat kecil dulu kita terbayang kalau menjadi orang dewasa itu enak ?! Nggak di salah-salahin, nggak jadi sasaran omelan dan kemarahan, hingga nggak dianggap masih anak kemarin sore yang nggak tahu apa-apa. Saat kecil dulu, pernah lho berpikir demikian, haha. Namun, saat beranjak remaja dan lanjut dewasa hingga kini menjadi matang (baca: tua) nyatanya nggak seindah bayangan saat masih bocah dulu. Salah satu nya jika sudah menyangkut hati. Yups, kali ini ingin sedikit membahas tentang hal yang sangat kuhindari saat ngobrol sama keluarga, sahabat, dan teman, haha. Mustahil lah ya di kehidupan ini kita nggak pernah merasakan yang namanya patah hati, kecuali kalau kita nggak punya hati sih, wkwk.
     Patah hati yg pertama kurasakan dalam hidup ini adalah saat harus kehilangan Bapak (meski saat itu belum mengerti benar apa itu patah hati). Untuk anak perempuan, seorang Bapak adalah cinta pertama nya. Seseorang yang diyakini tak akan pernah menyakiti, membuat nya menangis karena rasa yang tak terbalas atau kecewa karena harus mengalami cerita cinta yang terbagi. Yang kedua, adalah saat di bangku sekolah. Mengagumi saat pertama kali berinteraksi dengan nya di hari pertama masuk sekolah hingga selepas lulus sekolah tanpa pernah berani menunjukkan sikap kalau aku menaruh hati padanya. Yaudah pasti patah hati sih, secara dia salah satu makhluk ganteng di sekolah yang sudah pasti banyak yang naksir! Ntah selama tiga tahun di sekolah itu sudah berapa cewek yang dia pacari -_- bersyukur sih aku bukan salah satu dari cewek-cewek itu, ahh alibi! Wkwk. Yang ketiga, adalah saat harus menerima kenyataan bahwa memang kita bertemu bukan untuk bersama, halah.. Haha. Namun, dari nya aku belajar bahwa kehidupan ini bukan hanya warna warni indah saja, ada hitam dan kelabu yang harus juga di nikmati untuk kita tahu bahwa hidup tak seindah di negeri dongeng. Selanjutnya, adalah tentang patah hati sepatah-patah nya *sad. Setelah butuh waktu berbulan-bulan untuk memantapkan hati akan kesungguhan nya saat itu, mencoba menerima setiap perbedaan yang ada, mengenal dan berada di samping nya dari yg punya hingga habis nyaris tak tersisa, saling meng-cover satu sama lain di masa-masa sulit kala itu, menuliskan ingin dan harap kita berdua di masa mendatang, mendengarkan dia yang bercerita tentang hari nya yang mudah juga sulit dan aku yang melantunkan doa untuk kemudian dia mengaminkan meski kita berbeda, lalu pada akhirnya kita harus berpisah itu rasanya... Nano-nano! Butuh waktu bertahun-tahun untuk akhirnya bisa berdamai dengan hati dan masa lalu.
     Semoga ke depan nya hati ini tak retak lagi karena patah, karena menjadikannya utuh itu nggak hanya butuh waktu tapi juga ratapan kesedihan, air mata, menahan amarah, memelihara dendam, hingga akhirnya belajar untuk ikhlas dan kembali berpikir bahwa segala sesuatu di dunia ini telah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan. Untuk kita bertemu dengan siapa, jatuh hati pada siapa, dan harus mengikhlaskan siapa. Tolong di Aminkan yaa... Hehe.

Sabtu tengah bulan yang lagi nggak ada kerjaan, 2019.

Komentar

  1. heeemm...crita yg menarik, gaya bhasa yg enteng bget...psti yg pny blog org yg sgt up to date. good job ya mbk nana๐Ÿ˜˜ lnjutkan

    BalasHapus
  2. heeemm...crita yg menarik, gaya bhasa yg enteng bget...psti yg pny blog org yg sgt up to date. good job ya mbk nana๐Ÿ˜˜ lnjutkan

    BalasHapus
  3. Semoga bisa buat buku beneran..
    Trs d jadiin film buku ny

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langit Senja yang Gelap